Selasa, 12 Juni 2012

Cinta Sang Penjaga Telaga - Resensi


Judul               : Cinta Sang Penjaga Telaga
Penulis             : Azzura Dayana
Penerbit           : Qish-U, Pro-U Media, Yogyakarta
Waktu terbit    : Awal Juni 2009
Tebal               : 358 halaman
Setting             : Musi Rawas (Sumsel), Bogor, Palembang
Genre/ Jenis     : Fiksi Dewasa
Harga              : Rp. 40.000





Buku “Cinta Sang Penjaga Telaga”  buku ini hadir dengan romansa sendu nan eksotis dimana sang penulis memiliki tujuan agar buku ini dapat memberikan gambaran tentang kisah seorang gadis yang lembut yang selalu rindu akan suasana desa terutama telaga yang selalu menjadi tempat untuknya termenung, menikmati pemandangan, membaca alam sekitar sehingga ia mampu bersyukur dan bersabar dalam segala kondisi yang ia lalui.
Banyak pesan yang di sampaikan oleh penulis dalam buku ini di antaranya adalah mengajari pembaca untuk menghargai alam, mencintai makhluk yang Allah swt ciptakan dengan begitu sempurnanya, kesabaran dan rasa tawakal kepada Allah swt dengan menyerahkan segala urusan yang menimpanya, dll.
Setting cerita dalam buku ini menggambarkan sekali situasi yang sebenarnya sehingga pembaca turut ikut merasakan dan menghayati jalan cerita yang “Azzura Dayana” sampaikan, penggambaran dari setiap kalimat yang indah serta konflik yang cukup menegangkan tersampaikan dengan baik sehingga menghasilkan maha karya yang luar biasa.
Saya persembahkan sinopsis yang akan membantu anda untuk berimaji membaur kedalam buku ini sehinga anda akan terhanyut dan tersentuh selain itu akan ada rasa penasaran yang berkecamuk yang menggerakkan anda untuk dapat menjadi pemilik dari buku CSPT ini, Berikut Sinopsis dari buku CSPT:

Sinopsis:
“Aku sepakat, Kak Amalia, saat kau mengatakan bahwa ini desa yang indah. Tetapi… sepertinya kau belum pernah bermain dengan orang-orangan sawah, atau membuatnya sambil bergelut dengan jerami di dangau. Kau belum tahu rasanya mandi di telaga sepi nan perawan di pedalaman hutan atau bermain lumpur di sawah Bapak. Kau belum pernah mengintip angsa hutan mandi. Kau belum pernah menggigiti pucuk-pucuk daun hijau rimbun di hutan untuk dimakan. Dan kau… tidak pernah duduk sendirian di bukit kecil yang tersembunyi di belakang tebing perbatasan dengan ratusan bunga ilalang, lalu memandangi matahari yang mau terbenam sementara burung-burung beterbangan hendak pulang melewati atas kepalamu…
Jika kau sudah tahu dan mengalaminya sepertiku, mungkin kau akan bersedia menjadi penjaganya selamanya…
***
Bukan kekayaan, kecantikan, atau kejeniusan yang Ita miliki. Gadis itu hanya memiliki sawah yang becek dan orang-orangan sawah yang selalu meniupkan lagu kenangan, hutan yang ramah dengan pohon-pohon bertelinga, sungai yang jernih tempat ia menangis dan mengambil air, telaga terpencil di pedalaman yang menjadikannya ratu, seorang sahabat sepanjang dua puluh tahun umurnya, serta mimpi-mimpi yang ia rajut di setiap terbitnya matahari.
Apa yang akan kau lakukan jika satu-satunya sahabat yang kau miliki dalam hidup meninggalkanmu, dan muncul kembali sebagai majikan sekaligus ayah dari dua orang bocah yang kau asuh?
Apa yang kau lakukan jika di balik kebaikan para penolong terdapat jerat singa yang akan menawan seluruh usahamu untuk hidup? Sebab nyatanya, keluguan dan kesederhanaan Ita terus diberi ujian yang tak pernah main-main. Ita harus merasakan kepahitan cinta, terjebak dalam perangkap penjual tenaga seks, sakitnya fitnah yang menerpa, kesinisan-kesinisan berbagai tipe manusia, serta pedihnya kehilangan orang terkasih yang membesarkannya.
Di saat yang sama, ancaman susul menyusul melanda desanya, tempat yang ia tinggalkan ketika menimba ilmu di bangku kuliah dengan tertatih-tatih. Baginya, desa itu adalah damai yang tak pernah akan ia kikis dari mata, hati, dan jiwanya. Meski ia bukan apa-apa, ia bertekad untuk selamanya menjadi penjaga desanya, telaganya.
Dan romansa cinta terus mengikat langkahnya, mencoba menyuruhnya berhenti, menunggu, atau berbuat sesuatu. Meski tetap belum ada lega. Ada pertarungan hidup dan mati yang mengajaknya masuk. Dan waktu akan menyaksikan, walau dalam miris, bahwa Ita tak pernah kehilangan keikhlasan hati telaganya, meski jika ia harus kehilangan satu kesempurnaan… 
Haruskah gadis-gadis anak petani nasibnya berakhir di ujung sawah: berkubang dalam lumpur tanah dan keringat menuai padi?
Dalam karya berlatar Palembang, Azzura Dayana menghadirkan sosok Ita Anisa, gadis anak petani yang ingin mengubah nasibnya. Kebaikan sebuah keluarga mengantarkan Ita ke kota; ia didorong untuk melanjutkan pendidikan.
Hidup di kota ternyata barulah awal perjuangan Ita. Tinggal bersama seorang anak jalanan yang diasuhnya, melahirkan prasangka tetangga; bahkan dari orang terdekatnya. Saat yang sama, seorang anggota keluarga yang membiayai kuliahnya memiliki rencana jahat kepada orangtuanya di desa. Menyusul kemudian, kehadiran seorang pria misterius yang menawarkan pekerjaan untuknya. Bersamaan dengan pergulatan hidup, Ita pun harus mengambil keputusan penting untuk masa depan hidupnya.
Pasti anda penasaran untuk dapat mengetahui isi cerita yang penulis maksudkan maka dari itu saya sarankan segeralah untuk menjadi pemilik dari buku ini,…..
Kesempurnaan hanyalah milik Allah swt sedangkan kekurangan adalah milik kita semua sepertihalnya dalam buku ini, buku ini adalah buku fiksi dewasa jadi diharapkan hanya layak untuk dibaca oleh rekan-rekan yang berusia diatas 17 tahun saja. Kekurangan dan kelebihannya dapat anda nilai setelah membaca sendiri buku ini namun untuk tujuan positif tentunya, ambilah segala manfaat yang ada dalam buku ini, serta bacalah dengan seksama pesan yang penulis sampaikan dalam buku ini.
Saya harap synopsis yang anda baca tidak membuat anda puas…. ^_^

Jazzakallah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar